
Tegal – Topsberita.com – Upaya penurunan stunting yang sudah dilakukan oleh tim percepatan pencegahan dan penurunan stunting (TP3S) Kabupaten Tegal selama kurun waktu tahhun 2021 – 2024 sudah luar biasa, ini terbukti dari akumulasi penurunan angka stunting dari 28% di tahun 2021 menjadi 15,9% di tahun 2024. Akumulasi penurunan prevalensi stunting sebesar 12,1 % itu sebuah prestasi yang luar biasa .“ Demikian disampaikan oleh sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupatan Tegal Ngadimo, pada kegiatan Focus Group Discussioan (FGD) Capaian Aksi Konvergensi di ruang rapat Bina Loka Cipta Bappedalitbang Kabupaten Tegal Selasa, 4 November 2025.
Kegiatan ini terlaksana berkat dukungan dari Tanoto Foundatian untuk pendampingan stunting 2.0 dengan mitra pelaksana yayasan satu karsa karya (YSKK). Mulai tahun 2025 Tanoto melakukan pendampingan ke Pemrintah Kabupaten Tegal untuk kegiatan percepatan pencegahan penurunan stunting, integrasi layanan primer dan pendidikan usia dini.
Sesuai rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2025- 2029 pemerintah pusat menargetkan angka prevalensi stunting tahun 2029 sebesar 14,4%. Sedangkan target rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kabupaten Tegal di tahun 2029 sebesar 15%. Untuk memastikan pencapaian taret prevalensi stunting tersebut pemerintah telah mengeluarkan petunjuk teknis Aksi Konvergensi Strategi Nasional Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting tahun 2025 – 2029. Di mana strategi yang dilakukan akan lebih dikuatkan pada upaya pencegahan stunting dengan sasaran remaja. calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu balita baik melalui intervensi spesifik (penanganan) dan intervensi sensitif (pencegahan).
Kegiatan pencegahan akan lebih dikuatkan karena berdasarkan evaluasi percepatan penurunan stunting tahun 2021 – 2024 upaya penanganan (intervensi spesifik) pada balita yang sudah stunting hanya memberikan kontribusi keberhasilan hanya 10% saja.
Meskipun capaian penurunan stunting kabupaten Tegal sudah cukup signifikan , tetapi masih banyak yang perlu dievaluasi terutama pada upaya konvergensi dan cakupan layanan intervensi pada sasaran primer yaitu remaja calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui baduta usia 0 – 23 bulan dan balita usia 24 – 59 bulan. Topik FGD adalah 6 (enam ) pilar aksi konvergensi dan 29 cakupan layanan intervensi spesifik dan sensitif. Kegiatan diikuti unsur OPD terkait, perguruaan tinggi, organisasi massa dan perwakilan media.
Berdasarkan hasil diskusi yang cukup panjang , beberapa hal yang masih perlu dievaluasi antara lain : perlunya sinergi perencanaan dan dukungan anggaran, penggunaan data stunting untuk pengambilan kebijakan dan intervensi sasaran oleh OPD terkait, peningkatan kapasitas pelaku di kecamatan dan desa, pengembangan mekanisme monev yang melibatkan lintas OPD, dukungan anggaran untuk TP3S kecamatan, optimalisasi dukungan dana desa yang sudah dialokasikan oleh desa untuk stunting.
Sedangkan untuk upaya spesifik pastikan tablet tambah darah pada anak sekolah diminum oleh siswa harus ada dukungan dari dinas pendidikan, PMT dana desa menggunakan standar dari dinas kesehatan, penguatan strategi komunikasi perubahan perilaku untuk penyampaian ke sasaran primer (remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu balita). Serta banyak masukan lain yang akan dijadikan bahan dalam penyusunan rencana aksi daerah (RAD) percepatan pencegahan penurunan stunting. Kegiatan FGD ditutup pukul 14.00 WIB dengan menghasilkan banyak rekomendasi yang akan ditindaklanjuti di tahapan penyusunan Perbup RAD stunting.
(Tgh)