Semangat, Pemuda Desa Sumingkir Mendirikan Taman Bacaan

KEDUNGBANTENG – Para pemuda di Desa Sumingkir, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal patut diacungi jempol. Mereka yang tergabung menjadi relawan pendidikan ini, mendirikan taman bacaan untuk para pelajar sekolah. Saat ini, sudah ada 3 lokasi taman bacaan di desa tersebut. Yakni, di wilayah RT 01 RW 01, RT 06 RW 03 dan RT 18 RW 09. Setiap taman bacaan difasilitasi sejumlah buku pelajaran dan peralatan menulis serta menggambar. Tidak tanggung-tanggung, untuk mendirikan taman bacaan itu, mereka juga membentuk sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Tunas Jaya Abadi. “Kami mendirikan taman bacaan ini sejak empat bulan silam. Saat ini baru ada tiga lokasi. Rencananya, kami akan menambah enam lagi, supaya menjadi sembilan lokasi,” kata Abdul Lutfi, salah satu relawan pendidikan di Desa Sumingkir, yang juga sebagai Ketua Yayasan Tunas Jaya Abadi, Selasa (27/10). Menurutnya, untuk mendirikan taman bacaan dan yayasan itu, memang tidak mudah. Selain membutuhkan waktu yang panjang, juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Beruntung, ada salah satu donatur di desa tersebut yang membantunya hingga taman bacaan itu berdiri sampai sekarang. Sementara, saat disinggung siapakah donatur itu, pihaknya enggan menyebutkan namanya. “Prinsipnya, kita yang mengelola taman bacaan ini. Kita mengumpulkan anak-anak dan memberikan mata pelajaran sesuai dengan jenjang pendidikannya. Misal, siswa SD, kita berikan materi tentang pelajaran SD,” terangnya. Sejauh ini, Abdul Lutfi mengaku sudah memiliki puluhan siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di taman bacaan tersebut. KBM dilakukan setiap Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. Setiap kelompok, dibagi menjadi dua. Kelompok pertama khusus untuk siswa SD kelas 1, 2 dan 3. Dimulai pada pukul 15.00 hingga 16.00. Sedangkan kelompok kedua, untuk siswa kelas 4, 5 dan 6. KBM dimulai pada pukul 16.00 hingga 17.00. Adapun, jumlah siswanya beragam. Setiap kelompok ada yang 10 orang dan 15 orang. Setiap melaksanakan KBM, para siswa dan guru atau relawan pendidikan, wajib memakai masker dan duduknya berjarak. Setelah mengikuti KBM, mereka juga harus mencuci tangannya pakai sabun. “Kita tetap mematuhi protokol kesehatan,” ucapnya. Abdul Lutfi menuturkan, taman bacaan itu sengaja didirikan karena prihatin terhadap anak-anak yang saat ini sedang mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mereka bukannya belajar dengan sistem daring atau online, tapi justru cenderung bermain game di handphone. Karena itu lah, ia kemudian berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat untuk mendirikan taman bacaan. Para siswa yang mengikuti KBM di tempat tersebut, tidak dipungut biaya. “Kita tidak menarik biaya. Semuanya gratis. Kita justru memfasilitasi peralatan sekolahnya,” ujarnya. Untuk lokasi taman bacaan itu, para relawan pendidikan ini memanfaatkan pos ronda yang didesain seperti tempat belajar. Alasnya diberi karpet dan kerangka bambunya dicat berwarna-warni. Tempatnya terlihat bersih dan nyaman. Sehingga para siswa lebih tenang untuk belajar. “Jumlah relawan pendidikan yang kami libatkan sebanyak sembilan orang, termasuk saya. Nama-nama mereka adalah, Shella Shilvia, Imam Tantowi, Sri Sunarti, Tria Setiawati, Eli Zamzuroh, Siti Nurlelah, Khusnia Uni, dan Takhuri,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Desa Sumingkir, Khasan Ali, mengaku sangat mendukung program para pemuda di desanya itu. Dia juga mengapresiasi karena mereka berhasil mendirikan yayasan. Bahkan, yayasan itu juga nantinya akan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang putus sekolah. Bagi siswa yang berprestasi juga akan mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Ini wadah yang bagus. Saya sangat mengapresiasi. Semoga yayasan ini berhasil sukses dan bisa menciptakan pelajar yang berprestasi, berkarakter dan inovatif,” doanya ( Tgh/Jek)

3000 322 kali dilihat, 138 4 kali dilihat hari ini

Tinggalkan Balasan

You cannot copy content of this page