Pemalang, Tops Berita – Upacara sedekah bumi adalah ritual tradisional sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi, yang dilaksanakan di depan Balai Desa Suru Kec.Bantarbolang Kab.Pemalang. Rabu ( 8/6/22 ).
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, beda daerah, beda pula budayanya. Termasuk masyarakat Jawa yang memiliki tradisi turun temurun bernama upacara Sedekah Bumi.
Upacara sedekah bumi adalah tradisi yang dilakukan pada awal bulan Muharam atau Sura. Acara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur kepada bumi yang telah memberikan rezeki berupa hasil bumi untuk keberlangsungan hidup manusia.
Harun Sholikhin selaku Kades Suru menuturkan,
“Ini adalah kegiatan syukuran sedekah bumi yang di lakukan masyarakat turun temurun tujuannya bersyukur kepada Allah SWT, bahwa kita hidup di bumi semua datangnya dari bumi baik hubunganya dengan rejeki, baik hubunganya dengan kegiatan kegiatan yang lain semua kita harus bersyukur dan juga menikmati, baik hubunganya dengan bumi kita ini adalah harus di hormati dengan sepenuh hati.
Pesan buat masyarakat dalam hubunganya dengan sedekah bumi ini,
“Bahwa ini adalah kegiatan adat istiadat bumi yang menyatukan masyarakat bersatu berbuat baik dalam menjaga adat isiadat adalah etika sopan santun menjaga NKRI, kegiatan ini dilakukan setiap tahun sekali”. Tutur Harun Kades Suru.
Upacara Sedekah Bumi dipercaya berawal dari penyebaran agama Islam di tanah Jawa dengan media wayang kulit oleh Sunan Kalijaga. Dalam pagelaran wayang kulit tersebut diselipkan makna atau pesan-pesan tentang materi keislaman yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Dalam tradisi sedekah bumi sendiri terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yaitu mengenai keimanan. Dalam ritualnya terdapat pembacaan do’a dan tahlil sebelum dimulainya acara yang melambangkan kewajiban mengingat Allah SWT sebelum melakukan sesuatu dengan dasar iman kepada Allah SWT.
Makna tradisi ini adalah bersyukur yang merupakan ajaran baik dalam agama Islam dan nilai ibadah yang bertujuan untuk mencari ridho dari Allah SWT.
Acara kemudian dilanjutkan dengan kenduri atau makan bersama. Para petani memberikan sebagian hasil panennya untuk diolah menjadi aneka ragam hidangan dan disajikan dalam sebuah ritual manganan.***
( Okto Gondrong )
3000 377 kali dilihat, 138 4 kali dilihat hari ini